Terkadang, kita butuh mundur sejenak, entah untuk me time atau bercengkrama dengan teman-teman lama, hanya untuk bisa melihat lebih luas.
Terkadang, kita butuh menolehkan kepala kita ke kanan dan ke kiri hanya untuk melihat dunia ini secara lebih bijak.
Terkadang, kita butuh melakukan hal positif di luar yang biasa kita lakukan, hanya untuk merasakan lebih jauh, mensyukuri kondisi kita, atau malah memacu diri kita.
Mungkin jenuh itu bukanlah alasan utamanya. Sudut pandanglah yang harusnya dicari. Bukan bujur sangkar, lingkaran, atau oval, tapi sudut pandang yang seperti bola. Bola yang mampu memantulkan dirinya ke berbagai sisi.
Sayangnya, ketika terpantul terlalu keras ia akan berbalik.
Tapi... bukankah ia akan berbalik lagi pada perihal yang melemparnya? Ya... pantulan-pantulan keras itu harusnya tidak ditinggalkan tapi diselesaikan.
Mundur sejenak, bukan menjauh.
Menoleh sejenak, bukan berlari ke samping dan pergi.
Atau, ia akan berhenti sejenak ketika pantulan itu tidak keras, nyaman mungkin.
Terkesan labilkah? Dinamis? Atau fleksibel? Tergantung sudut pandang kita sejauh mana mampu mengambil sisi positifnya. Hemm... tapi bukankah memang tidak ada yang abadi? Tidak ada yang tidak datang, tidak ada yang tidak pergi. Semuanya akan berputar, bergantian, dari satu sisi ke sisi yang lain, dari sisi sana ke sisi sini,
karena dunia ini pun masih berputar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar