Sebelumnya, mohon maaf ya, ini tulisan late post banget. Tadinya udah nyerah nggak mau nulis karena terkendala berbagai kesibukan (sok sibuk). Tapi kok, kayaknya sayang yaa. Mungkin sebaiknya kita mulai saja ceritanya:
Januari ini aku berkesempatan menginjakkan kaki lagi di Jogja, entah untuk keberapa kali. Namun, kali ini berbeda, tidak hanya sekedar lewat atau mampir karena mudik dari Jawa Timur ke Jawa Barat. Bukan pula karena tur sekolah yang itinerary-nya sudah terjadwalkan. Ini murni liburan yang kuatur sendiri bersama lima orang temanku. Naik apa, turun di mana, menginap di mana, ke mana saja, semua diatur sendiri.
Januari ini aku berkesempatan menginjakkan kaki lagi di Jogja, entah untuk keberapa kali. Namun, kali ini berbeda, tidak hanya sekedar lewat atau mampir karena mudik dari Jawa Timur ke Jawa Barat. Bukan pula karena tur sekolah yang itinerary-nya sudah terjadwalkan. Ini murni liburan yang kuatur sendiri bersama lima orang temanku. Naik apa, turun di mana, menginap di mana, ke mana saja, semua diatur sendiri.
Perjalanan dimulai dari Jakarta, kami menaiki kereta dari Stasiun Senen yang sudah kami pesan tiketnya secara online sebelumnya. Di stasiun kami hanya mengeprint tiket tersebut secara mandiri. Satu jam sebelum keberangkatan, kami sudah berada di dalam kereta, duduk manis menunggu kereta ini melaju. Banyak yang terlihat, orang membawa barang, orang berpapasan di tengah gerbong kereta dan sedikit bergumam atau menggerutu karena langkahnya menuju tempat duduk yang sudah dibelinya terhambat. Itulah kenapa mungkin kereta punya dua pintu, untuk memudahkan penumpang mencapai kursinya masing-masing. Sayangnya tidak semua penumpang paham akan keberadaan kursinya secara tepat.
Perjalanan memakan waktu cukup lama, kurang lebih 8 jam. Selama itu, kami memandang apa saja yang terlihat dari jendela, ini baru namanya cuci mata :) , walaupun kaca kereta sedikit mengaburkan pemandangan karena terlapisi debu-debu yang sepertinya sudah melekat pada kaca tersebut . Tapi, berjam-jam duduk tidak membuat kami terlepas dari kebosanan, tentu saja 8 jam duduk itu membosankan! Ketika kereta berhenti di salah satu stasiun di Jawa Barat, aku memutuskan untuk berdiri dan keluar kereta sejenak. Lumayanlah untuk meluruskan kaki yang sedari tadi tertekuk.
Perjalanan pun kembali berlanjut. Di sela-selanya, kami mencoba untuk tidur walaupun tidak terlalu nyaman, sayup-sayup terdengar pramusaji menawarkan makanan ataupun minuman, kereta juga berhenti di beberapa stasiun, namun tidak terlalu lama. Menjelang magrib, keluarga yang duduk di seberang tempat dudukku mengeluarkan bekalnya dari sebuah termos, makan bersama dan terlihat seperti sedang piknik. Terlihat merepotkan, namun cukup menyenangkan bukan, berpelesir bersama keluarga dan menikmati hidangan bersama.
Delapan jam berlalu, kami tiba di St. Lempuyangan, Jogja. Gerbang keluarnya langsung menuju jalan raya yang tidak terlalu besar, kira-kira cukup untuk dua mobil dan dua becak berjejer. Banyak orang hilir mudik membawa barang, menawarkan taksi ataupun becak. "Monggo Mbak, Malioboro?" begitu ujar salah satu penawar taksi. Tujuan kami adalah Kaliurang, yang jaraknya sekitar 20an km dari st. Lempuyangan, lumayan tidak dekat. Oh ya, aku baru tahu, ternyata taksi di Jogja ada yang menggunakan tarif sesuai argo dan ada pula yang tidak. Kami memutuskan menuju Kaliurang menggunakan taksi dengan tarif sesuai argo dan ternyata lebih murah dari penawaran taksi tanpa argo, sebelumnya, saat kami benar-benar baru keluar dari st. Lempuyangan.
Melihat Jogja malam hari, tidak terlalu membuatku heran. Sekilas tampilannya mirip dengan kota-kota besar di Indonesia. Ya, tapi tentu saja tetap ada bedanya, pertokoan dengan nama-nama yang tidak biasa kulihat, juga lengangnya jalanan malam hari itu, entah karena hari itu menjelang weekend atau memang setiap hari kondisinya seperti itu. Kami tiba di rumah eyang salah satu temanku sekitar pukul 20.30, belum terlalu malam. Di sanalah kami menumpang menginap, di Kaliurang. Baiknya temanku ini menawarkan penginapan di rumah eyangnya :"))
Oh ya, sebagai info, di Jogja tidak banyak kendaraan umum yang kulihat, terutama angkot ataupun bus. Becak dan delman ada, tapi tentunya hanya untuk jarak dekat. Trans Jogja, salah satu transportasi umum berupa bus juga ada, tapi sepertinya armadanya tidak terlalu banyak. Bus umum lainnya ataupun angkot juga jarang kulihat. Pernah sekali aku melihat angkot, tapi sepertinya tidak ada sign yang jelas untuk menandakan trayek angkot tersebut. Cukup disayangkan memang, apalagi Yogya merupakan area wisata yang cukup terkenal di Indonesia.
Sekian dulu cerita awal dari perjalanan Yogya kali ini. Akhirnya bisa juga dipost,hahaha...
Sekian dulu cerita awal dari perjalanan Yogya kali ini. Akhirnya bisa juga dipost,hahaha...
Kira-kira satu orang dari kami bawaannya kayak gini (Bergaya ala backpacker ceritanya)
Cetak tiket, yeeiiy... *girang banget, baru pertama kali nyetak ginian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar