Selasa, 10 Mei 2016

Ibumu, Ibumu, Ibumu, Ayahmu

Beberapa hari yang lalu saya melihat banyak ucapan hari ibu di berbagai media sosial. Lah, bukannya hari ibu itu tanggal 22 Desember? Begitu pikir saya. Tapi ternyata di banyak negara seperti Inggris, Amerika, Malaysia, Australia, Kanada, Singapura, Belanda, dan beberapa negara lainnya, perayaan hari ibu diperingati pada pekan kedua bulan Mei. Baiklah, karena berbagai macam postingan tentang hari ibu tersebut, saya jadi tertarik membahas tentang ibu.

Banyak sebenarnya kejadian tentang ibu yang dapat membuat kita terenyuh dan haru melihat atau membacanya. Salah satu contohnya adalah hal yang saya alami beberapa hari lalu: mendengar perkataan seorang ibu menelepon anaknya ketika saya berada di Commuter Line pagi hari dalam perjalan menuju area berenang di hari libur.

Di samping saya duduk seorang ibu. Saat itu kondisi kereta hening, sesekali hanya terdengar pengumuman terkait pemberhentian di beberapa stasiun. Tiba-tiba terdengarlah suara ibu-ibu di samping saya menelepon:

"Halo adek, adek udah bangun? (dengan nada perhatian) Dek, kalo udah mandi nanti di meja ada roti sama susu ya. Itu dimakan rotinya. Susunya juga dihabisin, biar nanti ngga masuk angin. Ya dek ya."
.... (kemudian sedikit hening, sepertinya si adek berbicara)

"Adek, adek dengerin ibu kan? (Nadanya sedikit lebih meninggi) Jangan lupa dimakan ya, dihabisin. Ini ibu udah di jalan...."

Kurang lebih begitulah percakapannya. Endingnya saya lupa, tapi itu cuplikan paling berkesan yang saya dengar dari percakapan itu. Di situlah saya terenyuh dan disadarkan kembali, waah jadi ibu mantap yaa, sebelum anaknya bangun bahkan dia udah menyiapkan sarapan untuk anaknya, cuma supaya anaknya ngga masuk angin! Dalam hati saya jadi kangen dengan masa-masa itu. Ketika saya menceritakan kejadian ini kepada teman saya, dia langsung mengatakan hal yang tentunya saya sepakati juga: rasanya pingin bilang ke adek itu yang entah seperti apa orangnya "Woi dek, suatu saat lo pasti kangen deh digituin sama ibu!". Haha... Memang benar sih. Ya, itulah hidup. Terkadang kau akan merasa sesuatu itu benar-benar berharga ketika kau kehilangan (salah satunya ya sudah terlewatinya momen itu). Makanya, ketika masih sempat cobalah dimanfaatkan dengan baik.

Di umur-umur saya segini, saya makin merasa kapan lagi saya bisa bareng sama ibu saya dan ayah saya. Kalau dulu waktu kecil, diajak ke pasar, diajak jalan-jalan, disuapin, dimandiin. Sekarang, kalau lagi kangen momen-momen itu, saya ajak ibu saya nge date. Entah minta temenin beli sesuatu atau ibu saya yang minta temenin dan saya langsung berminat. Haha... Biasanya kalau habis jalan, kita makan, berdua dan cerita berbagai hal. Rasanya seru, menceritakan berbagai hal kepada orang terpercaya di hidup kita.

Begitu juga ayah. Pernah sekali si ayah mau beliin beras hitam untuk nenek. Kekeuh banget mau beliin malam-malam dan minta saya anterin. Ini jadi contoh untuk saya sih, ternyata secinta itu dia sama ibunya. Berdua di mobil sama ayah itu seru juga, melihat pemandangan kota di malam hari dan cerita ini itu. Sampai di supermarket belanja bareng berbagai barang unik dan memilah milih mana yang diperlukan mana yang tidak. Alhamdulillah saya masih diberikan kesempatan melakukan momen-momen itu.

Ibumu, ibumu, ibumu, lalu ayahmu. Sempat bertanya-tanya kenapa ibu sampai 3 kali ya baru ayah. Dari beberapa artikel yang saya baca ya hal itu dikarenakan ibumu yang mengandung dirimu selama 9 bulan, dibawa ke mana-mana, pagi siang malam. Saat melahirkan ia mempertaruhkan nyawanya dan ia yang mengasihimu, mengingatkanmu tentang makan seperti cerita di atas. Kalimat klise yang mungkin sering kita dengar saat seseorang mengingatkan kita tentang perjuangan ibu. Tapi itu memang tidak mudah dan butuh perjuangan ekstra juga kesabaran batin tingkat tiinggi dalam melaluinya. Di sini saya tetap sepakat bahwa perjuangan seorang ibu itu dahsyat. Walaupun tidak saya pungkiri bahwa peran dan perjuangan ayah juga sangat penting dalam keluarga. Ia harus mampu menjadi figur pemimpin yang siap mengarahkan layar agar angin permasalahan tidak menghantam terlalu keras.

Saya hanya dapat memberikan pesan, bagi yang masih memiliki orang tua, manfaatkanlah waktu bersamanya. Dan bagi yang sudah tiada, panjatkanlah doa untuknya, karena sebuah doa tidak perlu menggunakan jasa kurir untuk dikirimkan. Tapi hanya butuh hati yang ikhlas dan tawadhu dalam memanjatkannya.

Ya, itulah sedikit kisah tentang ayah dan ibu :) Ibumu ibumu ibumu, lalu ayahmu, begitu katanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar